KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA (KUTAI - TARUMANEGARA)



A.    PENDAHULUAN
Kegiatan belajar ini secara spesifik mengupas tentang materi kehidupan masyarakat. akulturasi, pemerintahan, hasil kebudayaan, bukti dan peninggalan masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Berkembanganya kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia tidak terlepas dari masuknya agama da budaya Hindu-Buddha melalui jalur perdagangan.

B.    CAPAIAN PEMBELAJARAN
Melalui belajar mandiri dan penugasan peserta dapat menganalisis dan membandingkan  Kehidupan masyarakat, akulturasi, pemerintahan, hasil kebudayaan dan bukti peninggalan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu/Budha di Indonesia, yang meliputi:
1. menganalisis dan membandingkan kehidupan politik dan pemerintahan pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha di Indonesia;
2.     menganalisis dan membandingkan kehidupan sosial ekonomi pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha di Indonesia;
3.  menganalisis dan membandingkan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Budha di Indonesia;
4.  menganalisis peninggalan-peninggalan masa Hindu Budha yang masih berkembang di masyarakat pada saat ini.

C.   MATERI
Masa Hindu-Buddha berlansung selama ratusan tahun dan berhasil meninggalkan jejak sejahnya bagi masyarakat Indonesia. Berikut adalah materi dan paparan tentang periode tersebut. 
Silahkan Download materi dibawah ini :

D.     Materi I :
·         KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan tertua.

·         Kehidupan Politik
Kerajaan Kutai berdiri di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur merupakan kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Sumber utama Kerajaan Kutai ialah 7 buah batu tulis yang disebut Yupa. Prasasti ditulis dengan huruf Pallawa, bahasa Sanskerta, diperkirakan pada tahun 400 M (abad ke-5 M). Isi prasasti dapat diketahui bahwa raja yang memerintah ialah Mulawarman, anak Aswawarman dan cucu Kudungga. Disebutkan pula dalam prasasti bahwa raja Mulawarman memberikan hadiah 1.000 ekor lembu kepada kaum brahmana. (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010). Selain itu, juga disebutkan bahwa Aswawarman adalah wangsakarta (pendiri dinasti). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh Hindu, tetapi Kudungga belum masuk Hindu karena nama Kudungga adalah nama asli Indonesia, sehingga ia tidak disebut Wangsakarta. Raja Mulawarman adalah raja terbesar dan telah memeluk agama Hindu.
·         Kehidupan Sosial-Ekonomi
Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran antara Barat dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di pasaran Internasional. Dengan demikian Kutai telah termasuk daerah persinggahan perdagangan Internasional Selat Malaka-Laut Jawa-Selat Makasar-Kutai-Cina atau sebaliknya. (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010).
Gambar 1. Peta Wilayah Kerajaan Kutai
Sumber: https://goo.gl/images/XCWvao

·       Kehidupan Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut. Prasasti Yupa merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Kutai, yaitu tugu batu yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yakni bentuk Menhir. Salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.


E.      Materi II
  • ·            KERAJAAN TARUMANEGARA
            Jawa terdapat pula kerajaan Tarumanegara sebagai salah satu kerajaan tertua.
  • ·          Kehidupan Politik

Kerajaan Tarumanegara terletak di Bogor, Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia. Sumber-sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dapat dikategorikan menjadi dua, bukti yang berada di luar dan bukti yang ada di dalam negeri.
Bukti dari luar meliputi
a.     Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
b.      Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
c.  Sebuah berita Cina pada masa Dinasti Tang mencatat adanya kerajaan To-lo-mo yang mengirimkan utusan ke Cina beberapa kali, antara lain tahun 528, 538, 665, dan 666 M. Utusan Kerajaan To-lo-mo ini melakukan misi diplomasi guna menjalin hubungan yang baik antar keduanya. Diperkirakan yang dimaksud denan Kerajaan To-lo-mo tersebut adalah Kerajaan Tarumanegara yang ada di Pulau Jawa. (Poesponegoro dan Notosusanto [ed], 2010; Mustopo dkk., 2006)

Selain itu ada pula bukti dalam negeri, yakni prasasti yang ditemukan di Jawa Barat, meliputi (1) Prasasti Ciaruteun (Bogor), (2) Prasasti Muara Cianten (Bogor), (3) Prasasti Kebon Kopi (Bogor), (4) Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir Koleangkak (Bogor), (5) Prasasti Tugu (Cilincing, Tanjung Priok , Jakarta), (6) Prasasti Lebak atau Cidanghiang (Banten Selatan), (7) Prasasti Pasir Awi atau Pasir Muara (Bogor).
Gambar 2. Peta Letak Prasasti Kerajaan Tarumanegara
Sumber: https://goo.gl/images/bjXUhA

Ke tujuh prasasti tersebut berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa. Isi Prasasti Ciaruteun selain berisi empat baris kalimat, pada prasasti ini juga dipahatkan lukisan seperti lukisan lebah-lebah dan sepasang telapak kaki. Empat baris kalimat itu berbunyi: "ini kedua telapak kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang Mulia Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang sangat gagah berani".

Sedangkan isi prasasti Kebon Kopi yakni adanya dua kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawati (gajah kendaran Dewa Wisnu). Prasasti Jambu berisi tentang kegagahan raja Purnawarman. Bunyi prasasti itu antara lain :"gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang memerintah di Taruma dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus oleh musuh ..." Prasasti yang diketemukan semuanya tidak berangka tahun, namun dari huruf yang dipakai dapat diperkirakan bahwa Kerajaan Tarumanegara yang berkuasa di Jawa Barat sekitar abad ke-5 M dengan rajanya Purnawarman.

Selain bersumber dari prasasti, terdapat sebuah kitab peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berjudul Wangsakerta. Kitab ini memuat silsilah raja kerajaan Tarumanegara yang diawali dari nama Jayasingawarman hingga nama Linggawarman. Walaupun dikatakan kitab ini masih diragukan keabsahannya, namun informasi yang terkandung di dalamnya cukup dapat dijadikan pandangan. Silsilah raja Tarumanegara yang tercantum adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Raja-raja Tarumanegara menurut Kitab Wangsakerta
Sumber: id.wikipedia.org
  • ·         Kehidupan Sosial-Ekonomi

Corak utama kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya mencapai 6112 tombak (12 km). Sungai ini selesai dikerjakan oleh rakyat Tarumanegara dalam kurun waktu 21 hari. Selesai penggalian Raja Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah sebanyak 1.000 ekor lembu kepada para brahmana. Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir.

  • ·         Kehidupan Kebudayaan

Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, maka dapat diketahui bahwa kehidupan kebudayaan masyarakat pada masa itu sudah tinggi.

F.    RANGKUMAN
1.  Kerajaan Kutai di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur merupakan kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional. Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan kepercayaan/agama yang dianut. 
2.  Kerajaan Tarumanegara terletak di Bogor, Jawa Barat. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia. Sumber-sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dapat dikategorikan menjadi dua, bukti yang berada di luar dan bukti yang ada di dalam negeri. Corak utama kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar