Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu).
4.3.
Menyajikan
informasi mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia (Melanesoid, Proto, dan Deutero Melayu) dalam bentuk tulisan
Tujuan
Pembelajaran
1. Mampu menganalisis asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutro Melayu
dan Melanesoid).
2. Mampu menganalisis
berdasarkan tipologi hasil budaya Praaksara Indonesia termasuk yang berada di
lingkungan terdekat
3. Mampu menyajikan
informasi mengenai keterkaitan antara konsep berpikir kronologis (diakronis),
sinkronis, ruang, dan waktu dalam sejarah
4. Mampu menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari
informasi mengenai asal usul nenek moyang bangsa Indonesia (Proto, Deutro
Melayu dan Melanesoid) dalam bentuk
tulisan
1. E-BOOK MATERI KD.3.3
MENGANALISIS ASAL USUL
NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA (PROTO,
DEUTRO MELAYU DAN MELANESOID)
Berikut pendapat-pendapat ahli mengenai asal usul nenek moyang bangsa
indonesia.
1.
Pendapat
Drs. Moh. Ali.
Drs. Moh Ali beranggapan bahwa
asal usul nenek moyang bangsa Indonesia bersumber dari daerah Yunan Cina.
Anggapan ini dipengaruhi oleh pendapat Mens yang menyebutkan jika bangsa
Indonesia berasal dari daerah Mongol yang terdesak oleh bangsa-bangsa yang
lebih kuat kala itu. Mereka kemudian berpindah ke selatan, ke pulau-pulau
Austronesia termasuk Indonesia. Ali berpendapat jika nenek moyang orang
Indonesia berasal dari hulu sungai besar yang berada di daratan Asia, mereka
berdatangan ke Indonesia secara bergelombang. Gelombang pertama berlangsung
sejak 3000 samai 1500 SM (Proto Melayu) sedangkan gelombang kedua terjadi pada
1500 sampai 500 SM (Deutro Melayu). Ciri kelompok yang datang pada gelombang
pertama adalah mereka masih berkebudayaan Neolitikum dengan tipe perahu
bercadik-satu sebagai alat transportasi menyeberangi lautan, sedangkan
orang-orang yang datang pada gelombang kedua memakai perahu cadik-dua.
2. Pendapat Prof. Dr. H. Kern.
Prof. Dr. H. Kern berpendapat
bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Ilmuan asal
Belanda ini menyebut jika hasil penelitiannya menunjukan bahwa bahasa-bahasa
yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia, Mikronesia, Polinesia, dan Melanesia,
mempunyai akar yang sama, yaitu bahasa Austronesia. Dengan fakta itu, dia
menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah yang sama dengan
bangsa-bangsa lain di wilayah Austronesia. Menurutnya, nenek-moyang bangsa
Indonesia menggunakan perahu-perahu bercadik menuju ke kepulauan Indonesia.
Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang
dipergunakan di daerah Campa dengan di Indonesia. Selain nama geografis,
istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi
pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa.
3. Pendapat Willem Smith.
Untuk menentukan asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia, Willem Smith melakukan identifikasi terhadap
bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan
penelitiannya, ia kemudian mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3
bagian yaitu, bahasa Togon, bahasa Jerman, dan bahasa Austria. Nah, Indonesia
sendiri bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan ke dalam penggunaan
bahasa Austria.
4. Pendapat Prof. Dr. Sangkot Marzuki.
Prof. Dr. Sangkot Marzuki
menyebutkan jika nenek moyang bangsa Indonesia memiliki asal usul dan
keterkaitan dengan Austronesia dataran Sunda. Ini didasari oleh penelusuran
terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah ditemukan di Indonesia. Atas
dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat Van Heine Geldern yang menyebut jika
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Menurutnya, Homo Erectus atau
Phitecantropus Erectus yang ditemukan sebagai manusia purba saat itu tidak
memiliki signifikasi dengan DNA manusia Indonesia zaman sekarang. Menurutnya,
mereka punah dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari Afrika.
5. Pendapat Prof. Moh. Yamin.
Prof. Mohammad Yamin menentang
semua teori-teori yang menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia justru
berasal dari luar Indonesia. Menurut beliau, orang Indonesia saat ini
benar-benar asli berasal dari wilayah Indonesia sendiri. Ia justru malah
meyakini jika ada sebagian bangsa dan suku di luar negeri yang nenek moyangnya
berasal dari Indonesia. Landasan pemikiran yang menjadi dasar Yamin adalah
banyaknya temuan fosil dan artefak di Indonesia yang lebih lengkap dibanding
daerah lain di Asia. Contohnya, temuan fosil Pithecanthropus soloensis dan
wajakensis yang tidak diketemukan di daerah-daerah lain di Asia termasuk Asia
Tenggara (Indochina).
Pesebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Kehidupan yang berkembang di Indonesia diawali dari asal-usul nenek
moyang bangsa Indonesia. Menurut teori, nenek moyang bangsa Indonesia berasal
dari daerah Yunan Cina. Seperti gambar dibawah ini adalah peta migrasi bangsa
Yunan Cina ke Indonesia.
Gambar 1.
Peta migrasi ras Proto Melayu dan Deutro Melayu
Akibat dari migrasi ras Proto Melayu
ini, ras Melanesia yang lebih dahulu tinggal di pulau-pulau Nusantara terdesak
ke pedalaman di kawasan timur Nusantara. Antara tahun 300-200 SM, terjadi
migrasi gelombang berikutnya dari ras Deutro Melayu yang dengan cepat membaur
denga ras Proto melayu. Keteruanan hasil pembaruan Proto Melayu dengan Deutro
Melayu itulah yang menjadi penghuni utama kepulauan Nusantara disamping ras
Melanesia.
Menurut Harorld Foster dalam Flowering
Lotus: A View of Java in the 1950’s, suku-suku dari ras Melayu di
Nusantara secara umum terbagi atas dua bagian besar.
1.
suku-suku Proto
Malayan (Proto Melayu)
seperti Batak, Toraja, Karen,
Igorot, Bontoc, Ranau, Meo, Tayal, dan Wajo. Asal leluhur suku Proto melayan
terletak di kawasan pegunungan di perbatasan Burma dan Thailand.
2.
suku-suku Neo
Malayan (Deutro melayu)
seperti suku Jawa, Bugis, Aceh,
Minangkabau, Sunda, Madura, dan Bali (Sunyoto, 2012:9).
Tabel 1. Ciri-ciri ras
Proto Melayu dan Deutro Melayu
Proto
Melayu
|
Deutro
Melayu
|
1. Mereka bersal dari Cina bagian selatan (Yunan) dan masuk ke
Indonesia sekitar tahun 1.500-500 SM;
2. Memiliki kebudayaan batu muda (Neolitikum);
3. Orang-orang bangsa Proto Melayu memiliki rambut lurus, kulit
kuning yang berwarna kecoklatan, dan bermata sipit; dan
4. Mendiami daerah-daerah Indonesia bagian Timur, seperti Dayak,
Toraja, Mentawai, Nias, dan Papua.
|
1. Mereka berasal dari bangsa Indocina Utara yang
masuk ke Indonesia sekitar tahun 500 SM;
2. Bangsa ini telah mampu membuat benda-benda
berbahan dasar logam, seperti perunggu dan besi;
3. Hasil-hasil kebudayaan yang dihasilkan berupa
kapak corong, nekara, bejana perunggu; dan
4. Suku Melayu, Makassar, Jawa, Sunda, Bugis, Minang
adalah keturunan asli bangsa ini.
|
Berdasarkan
ciri-ciri di atas, dapat kita lihat ada perbedaan-perbedaan yang mencolok dari
kedua ras bangsa ini. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut sebagai berikut.
1)
Proto Melayu masuk ke Indonesia pada tahun 1500 SM, sedangkan Deutro Melayu
masuk ke Nusantara pada gelombang kedua pada tahun 500 SM;
2)
Bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia melalui jaur barat dan timur, sedangkan
Deutro melayu hanya melalui jalur barat;
3)
Bangsa Proto Melayu berasal dari Yunan (China), sedangkan Bangsa Deutro Melayu
berasal dari Dongson (Vietnam);
4)
Bangsa Deutro Melayu memiliki kebudayaan yang lebih maju dibandingkan dengan
Bangsa Proto Melayu;
5)
Bangsa Deutro Melayu sudah bisa membuat alat-alat dari logam, sedangkan Proto
Melayu tidak; dan
6)
Suku yang termasuk keturunan Bangsa Proto Melayu adalah Suku Batak, Dayak, dan
Toraja, sedangkan Suku yang termasuk keturunan Deutro Melayu adalah suku Jawa,
Madura, dan Melayu.
A. Materi I : Ras di dunia
Ras itu sendiri merupakan penggolongan bangsa
berdasarkan ciri-ciri fisik rumpun bangsa. Sedangkan, Suku Bangsa
merupakan kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain
berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan khususnya bahasa. Ras
itu sendiri menurut para ahli diturunkan secara genetik yang akan membedakan
satu kelompok dengan kelompok yang lain.
A. Persebaran ras di Indonesia
Persebaran ras di Indonesia sudah ada sejak zaman
es. Pada zaman es wilayah Indonesia bagian barat masih bersatu dengan benua
Asia sedangkan daerah bagian timur bersatu dengan benua Australia. Pada masa itu telah tersebar 2 ras di Indonesia, yaitu :
1. Ras Mongoloid
Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Pada zaman es ini ras
mongoloid tersebar di daerah Indonesia bagian Barat meliputi pulau Sumatra,
Jawa, dan Kalimantan. Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti Vietnam,
Laos, Thailand, Malaysia, Singapura, baru menuju ke Indonesia bagian barat.
Semua ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia
masih bersatu dengan benua Asia Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya
terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Kalimantan
dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
2. Ras Austroloid
Ras ini berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur
khususnya wilayah Papua/Irian Jaya. Persebaran ke daerah inipun dilakukan
melalui darat sebab saat itu papua masih bersatu dengan benua Australia
perkembangannya daratan yang menjadi lautan disebut paparan sahul.
Menurut Sarasin
bersaudara, penduduk asli Kepulauan Indonesia adalah ras berkulit gelap dan
bertubuh kecil. Mereka mulanya tinggal di Asia bagian tenggara. Ketika zaman es
mencair dan air laut naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa,
sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan utama.
Beberapa penduduk asli Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah
pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang. Penduduk
asli itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang masuk dalam
kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse, Yao-Jen di Cina, dan
Senoi di Semenanjung Malaya.
Beberapa
suku bangsa seperti Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala
di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka mempunyai
hubungan erat dengan nenek moyang Melanesia masa kini dan orang Vedda yang saat
ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah manusia
pertama yang datang ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa
budaya perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik.
Pendatang berikutnya membawa budaya baru yaitu budaya neolitik. Para pendatang
baru itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Mereka datang
dalam dua tahap. Mereka itu oleh Sarasin disebut sebagai Deutero dan
Protomelayu. Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun
yang lalu. Protomelayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia
yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling timur di Pasifik.
Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Dari Cina bagian selatan
itu mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam kemudian ke Kepulauan Indonesia.
Kedatangan para imigran baru itu kemudian mendesak keberadaan penduduk asli dan
pendatang sebelumnya.
Sementara itu daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa
Tenggara, dan Maluku merupakan daerah penyaringan bagi migrasi manusia dan
fauna dari paparan sunda ke paparan sahul maupun sebaliknya sehingga sangat
terbatas sekali ras yang dapat masuk ke wilayah ini.
Jadi awalnya ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid dan ras
Austroloid.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan
ras dari berbagai daerah ke Indonesia, yaitu :
1. Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar
mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak
(Sakai), serta suku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua
dan Pulau Melanesia.
2. Migrasi kedua, Ras Weddoid
Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut keriting.
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur
(Kupang).
3. Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi,
dan berambut lurus. Ras ini termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras
Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke Indonesia
melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya ke Indonesia.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis
kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu.
1) Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa
kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan menempuh jalur darat dari Yunan mereka
menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya menuju ke Sumatra,
Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara.
Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan berupa kapak persegi/
beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah
masyarakat/ Suku Batak , Nias(Sumatra Utara), Mentawai (Sumatra Barat), Suku
Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).
2) Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa
kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut dari Yunan (Teluk
Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, kemudian ke daerah
Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia. Peninggalan kapak
lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto Melayu yang melalui
jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua (Irian), Suku
Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
4. Migrasi Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah
Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu yang
telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar keberbagai daerah baik
di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk membawa kebudayaan yang relatif lebih
maju yaitu kebudayaan logam terutama benda-benda dari Perunggu,
seperti nekara, moko, kapak corong, dan perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini
sangat terpengaruh dengan kebudayaan asalnya dari Vietnam yaitu Budaya Dongson.
Tampak dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu di Indonesia dengan di
Dongson.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar